Hasil diskusi mendalam dengan teman teman alumni melalui SMS, chat, email dan mailist:

    1. Keadaan terkini
      1. Emosi masyarakat sebagai fenomena atau reaksi sementara bisa dimaklumi karena mereka sangat terpengaruh media khususnya TV
      2. Ketika media mulai mengurangi porsinya maka perhatian masyarakat cenderung berkurang
      3. Dalam keadaan emosi yang lebih dipikirkan adalah membubarkan IPDN dan membatasi kiprah alumninya tanpa memikirkan nafkah orang lain
      4. Adanya blog alumni IPDN yang mencoba seobyektif mungkin tetap jadi sasaran kemarahan dan cacian bahkan kejorokan hal mana merupakan bukti bagaimana sesungguhnya blogger Indonesia yang rata rata adalah orang terdidik itu bersikap, berpikir dan bertindak
  1. Menyikapi reaksi panas emosional masyarakat
    1. Berpikir tenang, bijaksana, proporsional, tidak mudah diprovokasi
    2. Memilah mana respon yang dewasa dan matang mana yang kurang mencerminkan intelektualitas
    3. Memilah mana blogger yang intelek dan tulus mana yang sarkastis tidak konseptual
  2. Masa depan alma mater & alumni
    1. Tetap harus diteruskan karena masyarakat dan negara masih membutuhkan
    2. Perlu adanya penggantian nama hal mana akan membantu pemulihan citra
    3. Oknum oknum yang selama ini merugikan IPDN baik sebagai praja, pamong maupun lainnya seyogyanya diberi sanksi (dinonaktifkan, dipensiun dini)
    4. Alumni harus merapatkan barisan untuk menjaga persatuan dan kesatuan demi pengabdian kepada nusa dan bangsa dan pengembangan karir masing masing

lelah

disini tak ada masyarakat yang bisa diajak diskusi. mereka hanya bisa marah, lontarkan kata jorok, menghujani spam. melelahkan.

“All wars are planned by older men
In council rooms apart,
Who call for greater armament
And map the battle chart.But out along the shattered field
Where golden dreams turn gray,
How very young the faces were
Where all the dead men lay.Portly and solemn in their pride,
The elders cast their vote
For this or that, or something else,
That sounds the martial note.

But where their sightless eyes stare out
Beyond life’s vanished toys,
I’ve noticed nearly all the dead
Were hardly more than boys.”

(Grantland Rice )

“Bent double, like old beggars under sacks,
Knock-kneed, coughing like hags, we cursed through sludge,
Till on the haunting flares we turned our backs
And towards our distant rest began to trudge.
Men marched asleep. Many had lost their boots
But limped on, blood shod. All went lame; all blind;
Drunk with fatigue; deaf even to the hoots
Of gas shells dropping softly behind.Gas! GAS! Quick, boys!- An ecstasy of fumbling,
Fitting the clumsy helmets just in time;
But someone still was yelling out and stumbling,
And flound’ring like a man in fire or lime . . .
Dim, through the misty panes and thick green light,
As under a green sea, I saw him drowning.
In all my dreams, before my helpless sight,
He plunges at me, guttering, choking, drowning.

If in some smothering dreams you too could pace
Behind the wagon that we flung him in,
And watch the white eyes writhing in his face,
His hanging face, like a devil’s sick of sin;
If you could hear, at every jolt, the blood
Come gargling from the froth-corrupted lungs,
Obscene as cancer, bitter as the cud
Of vile, incurable sores on innocent tongues, –
My friend, you would not tell with such high zest
To children ardent for some desperate glory,
The old Lie: Dulce et decorum est
Pro patria mori.”

(Wilfred Owen)

sms penguat

loe jgn capek stres urusin blog qta. cuma dpt makian mah enteng. nyante aja napa siy

dewi **** +62815xxxxxxxxx

email dari kakak yang jauh…

kita harus tegar, tawakal…

yang kasar beringas langsung terbaca tetapi yang lebih berbahaya dari itu semua adalah orang yang membungkus niat jelek dengan kata kata bagus dan gambar indah seolah semuanya luhur dan mewakili kenyataan

terimalah semua serangan itu dengan bijak, tenang dan tetap waspada. tunjukkanlah pada mereka bahwa kita semua tidak anti kritik dan anti perbaikan. biarkanlah dan percayakanlah pada akal sehat banyak fihak untuk menilai dan menalarnya, jangan kau musuhi…

tetaplah istighfar… semoga mereka akan tersadar……

675a70317d9c2ff8ba9698f3cc4a8079.jpg 32ef282c79008798c7f64f469d613e56.jpg

apapun yang kita lakukan salah

diam?
salah
bicara?
salah
ngomong soal lain?
salah
tetap berbagi di friendster?
salah

di dunia nyata bukan maya ada yang faham ada yang tidak, tetangga bertanya menggugat, teman sekerja meledek di belakang punggung, tatapan curiga, sindiran tajam…

koran mencerca, televisi menista

pada pagi jelang gegas adik kecil bertanya
“mama, apakah papa dulu pembunuh?”

rentet kata
berpanjang kalimat
kaburkan maksud
mana alasan mana niat

wahai blogger garang!

Hero

For those who fought on distant shore,
Who gave without a word;
Defending us with honor,
So gallantly they served.
For every boy who left his home,
Returning there a man;
And every woman who made a choice,
To make serving part of her plan.

For every fallen soldier,
Who gave all they could give;
To guarantee our liberty,
And the freedom that we live.

(Allison Chambers Coxsey, 1999)

“You are my shadow,
Who has comforts me
With your heavenly presence.
Your melodious voice
Banishes my fear
Whenever I am in grave peril.”You are my light,
Who guides my wandering.
Your tracks have never fail
To lead me home.
Your hands has steer
My ship to safety
From stormy sea.”You are my strength
In time of trouble.
You had answered my prayer
By strengthening my tired limbs
And my flagging courage.
Your steady hand
Had guided my blows that had
Put dismay in my enemy’s souls.

“You are my wisdom,
Who had brought me
To ecstasy and enlightenment.
Your flashing eyes
Had pierced darkness and chaos
To reveal long-forgotten truth.”

(Book of Heroes / Ancient Greek)

Laman Berikutnya »